Aleksander III dari Makedonia (20/21 Juli 356 – 10/11 Juni 323 SM), lebih dikenal sebagai Aleksander Agung (bahasa Yunani: Μέγας Ἀλέξανδρος, Mégas Aléxandros) atau Iskandar Agung, adalah raja Kekaisaran Makedonia (bahasa Yunani: Βασιλεύς Μακεδόνων), sebuah negara di daerah timur laut Yunani. Pada usia tiga puluh tahun, dia memimpin sebuah kekaisaran terbesar pada masa sejarah kuno, membentang mulai dari Laut Ionia sampai pegunungan Himalaya. Dia tidak pernah terkalahkan dalam pertempuran dan dianggap sebagai komandan perang terhebat sepanjang masa.[1] Aleksander lahir di Pella pada 356 SM dan merupakan murid seorang filsuf terkenal, Aristoteles. Pada tahun 336 SM Aleksander menggantikan ayahnya, Filipus II dari Makedonia, sebagai pemimpin Makedonia setelah ayahnya dibunuh oleh pembunuh gelap. Filipus sendiri telah menaklukan sebagian besar negara-kota di daratan utama Yunani ke dalam hegemoni Makedonia, melalui militer dan diplomasi.
Setelah kematian Filipus, Aleksander mewarisi kerajaan yang kuat dan
pasukan yang berpengalaman. Dia berhasil mengukuhkan kekuasaan Makedonia
di Yunani, dan setelah otoritasnya di Yunani stabil, dia melancarkan
rencana militer untuk ekspansi yang tak sempat diselesaikan oleh
ayahnya. Pada tahun 334 SM dia menginvasi daerah kekuasaan Persia di Asia Minor dan memulai serangkaian kampanye militer
yang berlangsung selama sepuluh tahun. Aleksander mengalahkan Persia
dalam sejumlah pertempuran yang menentukan, yang paling terkenal antara
lain Pertempuran Issus dan Pertempuran Gaugamela. Aleksander lalu menggulingkan kekuasaan raja Persia, Darius III, dan menaklukan keseluruhan Kekasiaran Persia (Kekasiaran Akhemeniyah).i[›] Kekaisaran Makedonia kini membentang mulai dari Laut Adriatik sampai Sungai Indus.
Karena berkeinginan mencapai "ujung dunia", Aleksander pun menginvasi India pada tahun 326 SM, namun terpaksa mundur karena pasukannya nyaris memberontak. Aleksander meninggal dunia di Babilonia pada 323 SM, tanpa sempat melaksanan rencana invasi ke Arabia.
Setelah kematian Aleksander, meletuslah serangkaian perang saudara yang
memecah-belah keksaisarannya menjadi empat negara yang dipimpin oleh Diadokhoi,
para jenderal Aleksander. Meskipun terkenal karena penaklukannya,
peninggalan Aleksander yang bertahan paling lama bukanlah
pemerintahannya, melanikan difusi budaya yang terjadi berkat penaklukannya.
Berkat penaklukan Aleksander, muncul koloni-koloni Yunani di daerah
timut yang berujung pada munculnya budaya baru, yaitu perpaduaan
kebudayaan Yunani, Mediterrania, Mesir, dan Persia yang disebut dengan Peradaban Hellenis atau Hellenisme. Aspek-aspek Hellenis tetap ada dalam tradisi Kekaisaran Bizantium sampai pertengahan abad 15. Pengaruh Hellenisme ini bahkan sampai ke India dan Cina. Khusus di Cina, pengaruh kebudayaan ini dapat ditelusuri di antaranya dengan artefak yang ditemukan di Tunhuang. Aleksander menjadi legenda sebagai pahlawan klasik dan diasosiasikan dengan karakteristik Akhilles.
Aleksander juga muncul dalam sejarah dan mitos-mitos di Yunani maupun
di luar Yunani. Aleksander menjadi pembanding bagi para jenderal bahkan
hingga saat ini, dan banyak Akademi militer di seluruh dunia yang mangajarkan siasat-siasat pertempurannya.
Aleksander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang
semuanya dinamai berdasarkan namanya, seperti Aleksandria atau
Aleksandropolis. Salah satu dari kota bernama Aleksandria
yang berada di Mesir, kelak menjadi terkenal karena perpustakaannya
yang lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya serta berkembang
menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia pada masa itu.
Walaupun hanya memerintah selama 13 tahun, semasa kepemimpinannya ia
mampu membangun sebuah imperium yang lebih besar dari setiap imperium
yang pernah ada sebelumnya. Pada saat ia meninggal, luas wilayah yang
diperintah Aleksander berukuran 50 kali lebih besar daripada yang
diwariskan kepadanya serta mencakup tiga benua (Eropa, Afrika, dan Asia). Gelar yang Agung atau Agung
di belakang namanya diberikan karena kehebatannya sebagai seorang raja
dan pemimpin perang lain serta keberhasilanya menaklukkan wilayah yang
sangat luas.
Kehidupan awal
Kelahiran
Aleksander dilahirkan pada tanggal 20 (atau 21) Juli 356 SM, di Pella, ibukota Kekaisaran Makedonia di Yunani Kuno. Dia terlahir sebagai putra Filipus II, Raja Makedonia. Ibunya adalah istri keempat Filipus, Olympias, putri Neoptolemos I, raja Epiros. Meskipun Filipus memiliki tujuh atau delapan istri ketika itu, namun
Olympias adalah istrinya yang paling utama, barangkali karena dia yang
melahirkan Aleksander.
Sebagai anggota dinasti Argead, Aleksander mengklaim diri sebagai keturunan Herakles melalui Karanos dari Makedonia. Dari pihak ibunya dan Aiakid, dia mengklaim diri sebagai keturunan Neoptelemos, putra Akhilles. Keponakan kedua Aleksander adalah jenderal Pyrrhos dari Epiros, yang oleh Hannibal dianggap sebagai komandan sehebat Aleksander atau kedua terhebat setelah Aleksander.
Menurut biografer Yunani kuno, Plutarch,
Olympias, pada malam pernikahannya dengan Filipus, bermimpi bahwa
rahimnya disambar petir, yang memicu semburan api yang menyebar sampai
"jauh dan luas" sebelum padam. Beberapa waktu sebelum pernikahan,
dikatakan bahwa Filipus bermimpi melihat dirinya menyegel rahim istrinya
dengan menggunakan segel berukir singa. Plutarch mengajukan sejumlah penafsiran tentang mimpi-mimpi itu: bahwa
Olympia telah hamil sebelum menikah, ditunjukkan dengan penyegelan
rahimnya; atau bahwa ayah Aleksander adalah Zeus. Para sejarawan ada
yang berpendapat bahwa Olympias yang ambisius membesar-besarkan cerita
mengenai silsilah dewa Aleksander, yang lain berpendapat Olympias
memberitahu Aleksander.
Pada hari kelahiran Aleksander, Filipus sedang bersiap-siap untuk mengepung kota Potidea di semenanjung Chalcidike. Pada hari yang sama, Filipus mendapat kabar bahwa jenderalnya Parmenion telah mengalahkan pasukan gabungan Illyria dan Paionia, dan bahwa kuda-kudanya telah memenangkan Olimpiade. Dikatakan pula bahwa pada hari itu, Kuil Artemis di Ephesos—salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno-terbakar. Hegesias dari Magnesia berkata bahwa kuil itu terbakar karena dewi Artemis menghadiri kelahiran Aleksander.
Masa anak-anak
Pada usia-usia awal, Aleksander diasuh oleh susternya, Lanike, saudari Kleitos si Hitam, calon sahabat dan jenderal Aleksander pada masa depan. Pada masa anak-anak, Aleksander belajar pada Leonidas yang disiplin, seorang kerabat ibunya. Aleksander juga berguru pada Lysimakhos. Aleksander dbesarkan sebagai bangsawa muda Makedonia, dia belajar membaca, bermain lira, bertarung, dan berburu.
Ketika Aleksander berusia sepuluh tahun, seorang pedagang kuda dari Thessalia menawarkan seekor kuda pada Filipus. Kuda tersebut diberi harga senilai tiga belas talen.
Kuda itu tidak mau ditunggangi oleh siapapun, dan Filipus
memerintahkannya untuk dibawa pergi. Akan tetapi, Aleksander berkata
bahwa rasa takut kuda itu adalah bayangannya sendiri dan meminta
kesempatan untuk memunggangi kuda itu. Aleksander berhasil melakukannya.
Menurut Plutarch, Filipus, yang merasa sangat senang melihat keberanian
dan ambisi Aleksander, langsung mencium putranya itu dan menyatakan:
"Putraku, kau harus menemukan kerajaan yang cukup besar untuk ambisimu.
Makedonia terlalu kecil untukmu". Setelah itu Filipus membelikan kuda
itu untuk Aleksander. Aleksander menamai kuda itu Bukephalas,
bermakna "kepala lembu". Bukephalas akan menjadi teman perjalanan
Aleksander dalam penaklukannya sampai ke India. Ketika Bukephalas mati
(akibat usia tua, menurut Plutarch, karena sudah berusia tiga puluh
tahun), Aleksander menamai sebuah kota sesuai nama kudanya (Bukephala).
Masa remaja dan pendidikan
Ketika Aleksander menginjak usia tiga belas tahun, dia membutuhkan pendidikan yang lebih tinggi, maka dia pun mencari tutor. Beberapa calon tutornya antara lain Isokrates dan Speusippos, penerus Plato di Akademi Plato. Pada akhirnya, Filipus menawarkan pekerjaan itu pada Aristoteles, yang menerimanya. Filipus memberikan Kuil Para Nimfa di Mieza
sebagai ruang belajar mereka. Sebagai imbalan atas pengajarannya,
Filipus bersedia untuk membangun kembali kampung halaman Aristoteles di Stageira,
yang pernah dihancurkan olehnya. Filipus merepopulasi kota itu dengan
cara membeli dan memerdekakan para bekas warga yang sempat menjadi
budak, atau dengan mengampuni para warga yang berada di pengasingan.
Mieza menjadi sekolah asrama bagi Aleksander dan anak-anak bangsawan Makedonia lainnya, misalnya, Ptolemaios, Hephaistion, dan Kassandros.
Banyak murid di sana yang belajar bersama Aleksander kelak menjadi
sahabat dan jenderalnya, atau yang lebih sering disebut sebagai 'Rekan'.
Di Mieza, Aristoteles mengajari Aleksander dan kawan-kawannya
pengobatan, moral, filsafat, agama, logika, dan seni. Berkat ajaran
Aristoteles, Aleksander menjadi berminat pada karya-karya Homeros, terutama Iliad. Aristoteles memberi satu salinan Iliad pada Aleksander, yang selalu dibawanya dalam kampanye militernya.
Ahli waris Filipus
Awal karier dan bangkitnya Makedonia
Ketika Aleksander menginjak usia enam belas tahun, masa belajarnya
pada Aristoteles selesai. Filipus, sang raja, berangkat untuk berperang
melawan Byzantion, dan Aleksander ditugaskan untuk mengurus kerajaan. Selama Filipus pergi, suku Maedi Thrakia
memberontak menentang kekuasaan Makedonia. Aleksander merespon dengan
cepat, dia meredam pemberontakan suku Maedi, mengusir mereka dari
wilayah mereka, mengisinya dengan orang-orang Yunani, dan mendirikan
kota yang dia namai Alexandropolis.
Setelah Filipus kembali dari Byzantion, dia memberi Aleksander
sejumlah kecil pasukan dan mengutusnya untuk mnghentikan suatu
pemberontakan di Thrakia selatan. Dalam kampanye lainnya melawa kota Perinthos di Yunani, Aleksander disebutkan menyelamatkan nyawa ayahnya. Sementara itu, kota Amphissa mulai mengolah tanah yang dikeramatkan untuk Apollo di dekat Delphi,
suatu pelanggaran yang memberi kesempatan bagi Filipus untuk ikut
campur lebih jauh dalam urusan Yunani. Masih berada di Thrakia, Filipus
menyuruh Aleksander untuk mulai menghimpun pasukan untuk kampanye di
Yunani. Sadar dengan adanya kemungkinan negara-negara Yunani lainnya
untuk ikut campur, Aleksander memperlihatkan seolah-olah dia hendak
menyerang Illyria. Dalam kekisruhan ini, Illyria mengambil kesempatan
untuk menginvasi Makedonia, namun Aleksander berhasil menghalau para
penyerang itu.
Pasukan Filipus bergabung dengan Aleksander pada tahun 338 SM, dan mereka bergerak ke selatan menuju Thermopylai,
yang mereka lakukan setelah menghadapi perlawanan yang keras kepala
dari orang-orang Thebes yang menghuninya. Mereka pergi untuk menduduki
kota Elateia, berjarak beberapa hari dari kota Athena dan Thebes. Sementara itu, rakyat Athena, dipimpin oleh Demosthenes,
memilih untuk bersekutu dengan Thebes dalam perang melawan Makedonia.
Baik Athena dan Filipus kemudian mengirim utusan untuk memperoleh
keberpihakan Thebes, dan yang berhasil melakukannya adalah Athena.
Filipus bergerak menuju Amphissa (secara teoretis beraksi atas
permintaan Liga Amphikyton), menangkap tentara bayaran yang dikirim ke
sana oleh Demosthenes, dan menerima penyerahan kota itu. Lalu Filipus
kembali ke Elateia dan mengirim penawaran perdamaian untuk yang terakhir
kalinya pada Athena dan Thebes, yang berujung pada penolakan kedua kota
itu.
Ketika Filipus sedang bergerak ke selatan, dia dihalangi di dekat Khaironeia, Boiotia oleh pasukan Athena dan Thebes. Dalam pertempuran tersebut,
Filipus memimpin sayap kanan, dan Aleksander memimpin sayap kiri dengan
ditemani oleh para jenderal Filipus yang terpercaya. Berdasarkan
sumber-sumber kuno, dua pihak itu bertempur dengan sengit cukup lama.
Filipus lalu memerintahkan pasukan di sayap kanan untuk mundur dan
memancing hoplite-hoplite Athena supaya mengikutinya dan meninggalkan
barisan mereka. Di sayap kiri, Aleksander adalah orang pertama yang
berhasil menerobos barisan Thebes, diikuti oleh para jenderal Filipus.
Setelah memperoleh terobosan, Filipus memerintahkan pasukannya untuk
menekan ke depan dan mengepung musuh. Dengan mundurnya pasukan Athena,
pasukan Thebes pun mesti bertempur sendiri; dikeliling oleh musuh,
pasukan Thebes pun dikalahkan.
Setelah menang di Khaironeia, Filipus dan Aleksander bergerak tak
terhalangi menuju Peloponnesos dan diterima oleh semua kota; namun
ketika mereka tiba di Sparta, mereka ditolak dan mereka pun pergi. Di Korinthos, Filipus mendirikan "Aliansi Hellen" (didasarkan pada aliansi anti-Persia dalam Perang Yunani-Persia), dan Filipus diangkat sebagai Hegemon
('Pemimpin Tertinggi') dalam perkumpulan ini, yang oleh para sejarawan
modern disebut sebagai Liga Korinthos. Filipus lalu mengumumkan
rencananya untuk memimpin perang pembalasan melawan Kekaisaran Akhemeniyah.
Perselisihan
Setelah kembali ke Pella, Filipus jatuh cinta pada Kleopatra Euridike, keponakan salah satu jenderalnya, Attalos. Pernikahan ini membuat posisi Aleksander terhadap tahta menjadi rawan,
karena jika Kleopatra Euridike melahirkan seorang putra, maka putra
tersebut akan menjadi ahli waris yang sepenuhnya keturunan Makedonia,
sedangkan Aleksander hanya separuh berdarah Makedonia.
Pada pesta pernikahan, Attalos yang mabuk berdoa pada para dewa semoga
pernikahan itu akan menghasilkan ahli waris yang sah untuk tahta
Makedonia.
“ | Pada pesta pernikahan Kleopatra, yang dicintai dan dinikahi oleh Filipus, dia (Kelopatra) terlalu muda untuknya, pamannya Attalos dalam mabuknya meminta rakyat Makedonia untuk memohon pada para dewa supaya memberi pewaris yang sah untuk kerajaan melalui keponakannya. Ini membuat Aleksander sangat marah, sehingga dia melempar gelasnya ke kepalanya, "Kau bajingan." katanya, "Apa, lalu aku pewaris yang tidak sah?" Kemudian Filipus bangkit dan hendak berlari pada putranya; namun entah karena keberuntungan, atau karena Filipus terlalau marah, atau karena terlalu mabuk, Filipus terjatuh ke lantai. Aleksander mencelanya, "Lihat itu." katanya, "pria yang bersiap untuk menyeberangi Eropa menuju Asia, terjatuh hanya ketika hendak berpindah kursi. |
Pergi dan kembali
Aleksander kabur dari Makedonia bersama ibunya, yang dia titipkan di saudara ibunya di Dodona, ibukota Epiros. Aleksander sendiri terus pergi ke Illyria,
di sana ia meminta suaka pada raja Illyria dan diperlakukan sebagai
tamu oleh rakyat Illyria meskipun Aleksander pernah mengalahkan Illyria
dalam pertempuran beberapa tahun sebelumnya. Namun, Filipus masih ingin
mengakui Aleksander sebagai putranya, sehingga Aleksander kembali ke Makedonia setelah enam bulan kabur. Dia kembali berkat sahabat keluarganya, Demaratos dari Korinthos, yang melakukan mediasi antara kedua belah pihak.
Setahun kemudian, satrap (gubernur) Persia di Karia, Pixodaros, menawarkan putri sulungnya pada saudara tiri Aleksander, Filipus Arrhidaios. Olympias dan beberapa sahabat Aleksander menduga bahwa tindakan itu
menunjukkan Filipus berniat mengangkat Arrhidaios sebagai ahli warisnya. Aleksander bereaksi dengan mengirim seorang aktor, Thessalos
dari Korinthos, untuk memberitahu Pixodaros bahwa dia seharusnya tidak
menawarkan putrinya pada putra raja yang tidak sah, melainkan pada
Aleksander. Ketika Filipus mengetahui ini, dia menghentikan negosiasi
dan memarahi Aleksander yang ingin menikahi putri orang Karia. Filipus
menjelaskan bahwa dia ingin perempuan yang lebih baik untuk Aleksander. Filipus lalu mengasingkan empat kawan Aleksander, yaitu Harpalos, Neiarkhos, Ptolemaios dan Erigyios. Sedangan Thessalos dibawa ke hadapan Filipus dalam keadaan dirantai.
Raja Makedonia
Naik tahta
Pada tahun 336 SM, Filipus sedang berada di Aigai, menghadiri pernikahan putrinya, Kleopatra, yang menikah dengan saudara Olympia, Aleksander I dari Epiros. Di sana Filipus dibunuh oleh pemimpin pasukan pengawalnya sendiri, Pausanias.
Ketika Pausanias mencoba kabur, dia tersandung tanaman anggur sehingga
dapat dibunuh oleh para pengejarnya, yang meliputi dua rekan Aleksander,
Perdikkas dan Leonnatos. Aleksander dengan demikian diangkat sebagai raja oleh pasukan Makedonia dan bangsawan Makedonia. Dia berusia dua puluh tahun ketika menjadi raja.
Konsolidasi kekuasaan
Aleksander memulai masa pemerintahannya dengan menyingkirkan
orang-orang yang menurutnya berpotensi mengancam tahtanya. Dia menghukum
mati sepupunya, Amyntas IV, dan juga membunuh dua pangeran Makedonia dari daerah Lynkestis, sedangkan pangeran ketiga, yaitu Aleksander Lynkestes, diampuni. Sementara itu Olympias, ibu Aleksander, memerintahkan bahwa Kleopatra Euridike dan putrinya, Europa, dikubur hidup-hidup. Ketika Aleksander tahu tentang hal itu, dia marah pada ibunya. Aleksander juga memerintahkan bahwa Attalos harus dibunuh.
Attalos sendiri saat itu menjabat sebagai komandan pasukan di Asia
Minor. Attalos sempat berkorespondensi dengan Demosthenes, mengenai
kemungkinannya untuk kabur ke Athena. Terlepas dari apakah Attalos
benar-benar berniat ke Athena atau tidak, dia sudah membuat Aleksander
marah. Selain itu, setelah mengetahui bahwa putri dan cucu Attalos mati,
Aleksander merasa bahwa Attalos terlalu berbahaya untuk dibiarkan
hidup. Aleksander membiarkan Arrhidaios hidup. Arrhidaios disebutkan menderita cacat mental, kemungkinan akibat diracun oleh Olympias.
Kabar kematian Filipus memicu banyak kota memberontak, termasuk Thebes, Athena, Thessalia, dan suku-suku Thrakia di utara Makedonia.
Ketika kabar pemberontakan di Yunani diketahui oleh Aleksander, dia
merespon dengan cepat. Meskipun para penasehatnya menyarankannya untuk
mempergunakan diplomasi, namun Aleksander memutuskan untuk mengumpulkan
3000 tentara kavaleri dan bergerak menuju Thessalia, daerah tetangga
Makedonia di sebeah selatan, Di sana dia mengetahui bahwa pasukan
Thessalia telah menempati jalan di antara Gunung Olimpus dan Gunung Ossa.
Aleksander lalu menyuruh pasukannya menaiki Gunung Ossa. Ketika pasukan
Thessalia terbangun, mereka melihat bahwa pasukan Aleksander telah
berada di sisi belakang mereka. Pasukan Thessalia pun menyerah dan
pasukan kavaleri Aleksander bertambah dengan masuknya pasukan Thessalia.
Aleksander lalu bergerak menuju Peloponnesos.
Aleksander berhenti sejenak di Thermopylae, di sana dia diakui sebagai pemimpin Liga Amphiktyon.
Kemudian dia bergerak ke selatan ke Korinthos. Kota Athena memohon
perdamaian dan Aleksander mengampuni Athena. Dia juga mengampuni semua
orang yang terlibat dalam pemberontakan. Di Korinthos, terjadi peristiwa
terkenal, yaitu pertemuannya dengan Diogenes Sang Kynis, yang memintanya untuk menyingkir sedikit karena dia menghalangi matahari. Di sana juga Aleksander diberikan gelar Hegemon,
dan seperti halnya Filipus, Aleksander juga diangkat sebagai komandan
dalam perang yang akan dilaksanakan melawan Persia. Ketika sedang berada
di Korinthos, Aleksander mendengar berita bahwa suku Thrakia
memberontak di utara.
Kampanye Balkan
Sebelum menyerang ke Asia, Aleksander ingin mengamankan perbatasan
utaranya; dan, pada musim semi tahun 335 SM, dia berhasil menghentikan
beberapa pemberontakan. Mulai dari Amphipolis, dia pertama-tama bergerak ke timur ke negara-negara "Suku-suku Thrakia Merdeka"; dan di Gunung Haimos, pasukan Makedonia menyerang dan mengalahkan pasukan Thrakia. Pasukan Makedonia berarak menuju negara Triballi, dan berhasil mengalahkan pasukan Triballi di dekat sungai Lyginos (anak sungai Danube). Aleksander kemudian melaju selama tiga hari ke Danube, menghadapi suku Getai
di seberang sungai. Dia mengejutkan pasukan Getai dengan menyeberangi
sungai pada malam hari. Dia berhasil memaksa pasukan Getai menyerah
setelah meletusnya pertempuran kecil. Pasukan Getai mundur dan meninggalkan kota-kota mereka pada pasukan Makedonia. Kemudian terdengar berita bahwa Kleitos, Raja Illyria, dan Raja Glaukias dari Taulanti
secara terbuka memberontak melawan otoritas Makedonia. Bergerak ke
barat menuju Illyria, Aleksander mengalahkan semua pemberontak itu dan
memaksan Kleitos dan Glaukias untuk melarikan diri bersama pasukan
mereka. Dengan demikian, perbatasan utara Aleksander pun aman.
Ketika sedang sukses dalam kampanyenya di utara, ternyata Thebes dan
Athena sekali lagi memberontak. Aleksander dengan segera menyelesaikan
kampanye di utara dan bergegas ke selatan bersama pasukannya.
Kota-kota lainnya ragu-ragu, namun Thebes memutuskan untuk memberontak
dengan mengerahkan seluruh kekuatannya. Akan tetapi perlawanan itu
terbukti tidak efektif. Aleksander sangat marah pada Thebes. Dia
membunuhi banyak tentara Thebes, meluluhlantakan kota itu sampai hancur,
menjual penduduknya sebagai budak, dan membagi-bagi wilayah Thebes ke
kota-kota Boiotia di sekitarnya. Setelah mendengar berita tentang
musnahnya kota Thebes, Athena pun menyerah pada Aleksander. Dengan
demikian, seluruh Yunani sudah berada di bawah kekuasaan Aleksander. Setelah Yunani aman, Aleksander pun melaksanakan kampanyenya di Asia. Dia menugaskan Antipatros untuk mengurus Makedonia.
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Aleksander_Agung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar